Selasa, 25 Oktober 2011

ruang terbuka hijau

setelah mendengar kata ruang terbuka hijau sepertinya sangat sulit di jumpai apalagi dikota besar seperti kota jakarta apalagi ditambah lahan yang semakin sedikit yang kini lahan-lahan kosong itu sudah di bangun gedung-gedung bertingkat sehingga sulit sekali menemukan ruang terbuka hijau di jaman sekarang oleh karena itu pemkot setiap daerah manyisihkan sebagian wilayahnya untuk yang satu ini......:)

green arsitektur


akhir-akhir ini sering sekali kita mendengar kata-kata green arsitektur sebagai bahan perbincangan di setiap kalangan  arsitek ataupun para konsultan.tidak jarang green arsitektur green arsitektur di jadikan konsep oleh para arsitek karena sering di hubung-hubungkan dengan dampak liingkungannya yang kurang penghijauan,green arsitektur juga berdampak pada kesehatan contohnya saja dapat memberikan kasan asri yang apabila disekeliling rumah di berikan tanaman yang dapat mengurangi polusi udara yang saat ini sudah sangat sulit di galakkan oleh karena itu untunk menguranginya cukup dengan memberikan penghijauan desekitar rumah dan sekaligus untuk memperidah sudut rumah kita......:)

Selasa, 03 Mei 2011

Tip Memadukan Warna Dengan Tema Rumah

Warna merupakan ungkapan ekspresi dan jiwa manusia. Namun tidak semua warna cocok untuk semua tema dan konsep arsitektur. Berikut ini ada beberapa tip yang dapat membantu memadukan warna yang sesuai dengan tema dan konsep arsitektur bangunannya.
1. Untuk eksterior, plhlah warna yang tidak terlampau kuat (dove) dan disesuaikan dengan tema serta konser arsitektur bangunannya.
2. Padukan beberapa warna dengan melihat lingkaran warna (color wheel). Ada beberapa pilihan tema warna, monokromatik, komplementer atau analogos.

3. Untuk rumah atau bangunan berkonsep tradisional, dapat menggunakan warna-warna netral. Pemakaian warna terang dapat diaplikasikan di profil atau aksen bangunan.
4. Pada bangunan berkonsep tradisional hindarkan pemakaian warna terang seperti oranye dan kuning.
5. Untuk bangunan yang memiliki tema mediterania dapat menggunakan warna yang berasal dari gradasi warna coklat.
6. Warna abu-abu dan putih dengan sedikit warna aksen, sesuai untuk bangunan yang memiliki konsep arsitektur modern (minimalis).
7. Gradasi warna biru dan hijau yang berkesan dingin atau warna bumi seperti coklat tanah, merah bata maupun abu-abu yang termasuk kategori warna menenangkan cocok diterapkan pada ruang yang membutuhkan banyak konsentrasi seperti ruang kerja, ruang baca dan kamar tidur.
8. Warna cerah seperti oranye, kuning, peach atau pastel, sesuai untuk diterapkan pada ruang keluarga, ruang bermain, ruang tamu, dapur, teras maupun carport.

Arsitektur Klasik

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.

Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.

Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.
Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.

Arsitektur Kontemporer

Gaya Kontemporer adalah istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya yang berkembang antara tahun 1940-1980an. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden).

Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau sesuatu yang up to date, tapi dalam disain kerap dibedakan. Istilah ini digunakan untuk menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai.
Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasisk kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan kesan kekinian.
Disain-disain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi, post modern, atau modern high tech. Disain Mal eX di Jakarta, misalnya, menampilkan gaya arsitektur Dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di permukaan kubus.
Arsitektur kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek. Pewrmainan warna dan bentuk menjadi modal memciptalkan daya tarik bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk bidangbertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu.
Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama , tapi dengan disain yang baru.

Partisi – Unsur Dekoratif Interior

Fungsi utama partisi adalah sebagai pembatas ruang atau untuk menutupi ruang atau sebagian ruangan yang tidak diinginkan untuk terlihat. Selain sebagai pembatas ruangan, dengan berbagai macam bentu dan variasi, partisi dapat dipakai untuk mempercantik ruangan atau unsur dekoratif suatu ruang interior.

Ada dua macam dari partisi :
1. Partisi permanen, yaitu partisi yang dipasang sebagai pemisah ruangan yang tidak bisa dipindah pindahkan. Partisi jenis ini biasanya dipakai sebagai pembatas ruang yang berbeda fungsi dan si penghuni biasanya tidak ingin merubah fungsi dari kedua ruangan tersebut.
2. Partisi yang dapat dipindah pindahkan, digunakan untuk mrnutupi suatu fungsi ruangan yang tidak ingin diperlihatkan atau untuk sekedar memberikan aksen agar ruangan tidak terkesan terlalu luas.

Pertama tama yang harus diperhatikan dalam memilih partisi untuk suatu ruangan adalah tentukan dahulu konsep secara keseluruhan dari ruangan tersebut, setelah itu pilihlah disain atau model dari partisi tersebut yang disesuaikan dengan fungsi ruangan serta model/gaya arsitektur dari keseluruhan bangunan atau ruangan, hal ini dimaksudkan agar partisi yang dipasang dapat menyatu atau menjadi bagian dari arsitektur ruangan tersebut.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam memilih partisi adalah warna atau texstur dari partisi yang disesuaikan dengan konsep interior dari ruangan, agar dicapai suatu keharmonisasian dan kerserasian antara partisi dan keseluruahan konsep interior . Hendaknya memilih warna dan texstur yang selaras atau merupakan warna turunan dari elemen2 lain yang ada pada interior suatu ruangan.

Demikian ulasan saya mengenai partisi yang selain mempunyai unsure fungsional juga dapat dijadikan unsur dekoratif suatu ruangan apabila kita dapat menyiasatinya dengan cermat dan bijak. Selamat mencoba…..

Memasukkan Alam Ke Dalam Rumah

SEMUA tentu peduli dengan sebuah lingkungan perumahan yang indah dan asri. Lingkungan yang demikian itu bisa dibangun dari taman rumah. Sekecil apapun lahan halaman yang kita punya, kita bisa memanfaatkannya sebagai taman.

Taman sendiri sebetulnya tidak hanya bisa dibuat pada lahan terbuka. Taman dapat dibuat di dalam ruangan. Orang mengenal model taman seperti ini sebagai taman dalam.

Taman dalam dapat dibangun pada area terbuka pada ruang dalam. Misalnya pada innercourt atau ruang terbuka di bagian dalam bangunan. Ukuran innercourt-nya sendiri sebetulnya tak harus dipermasalahkan. Yang penting, fungsi inncercourt sebagai pintu keluar masuk udara dari dan ke dalam bangunan dapat maksimal.

Nah, untuk memaksimalkan fungsinya, pada innercourt bisa dibuat taman kering. Adanya taman pada innercourt dapat membantu terciptanya sirkulasi udara di dalam rumah. Taman pada innercourt berfungsi, antara lain menyediakan pasokan udara segar pada bagian dalam rumah. Innercourt juga dapat memberikan perbedaan temperatur udara, sehingga dapat mendorong udara panas ke luar bangunan.

Untuk membuat taman pada innercourt pun sebetulnya tak harus ribet. Jenis tanaman tak perlu banyak. Maksimal 2-3 jenis tanaman. Selain pertimbangan kemudahan akan perawatan, taman dalam dibuat minimal guna menyelaraskan konsep hunian modern. Sisanya, Anda bisa menambahkan elemen lain seperti batu alam jenis koral atau batu kali pecah. Sebagai penambah kecantikan, tambahkan elemen lain seperti gentong. Jika lahan cukup, buatlah kolam pancuran mini sebagai pemberi nuansa lewat bunyi gemericik air.

Rumah Mungil

Tersedianya lahan rumah yang kian minim dewasa ini memang menjadi kendala tersendiri untuk menghadirkan rumah yang nyaman. Salah satu kesulitan yang ditemui adalah keterbatasan ruang sehingga pergerakan anggota keluarga pun terbatas. Bagi sebagian orang, lahan yang kecil bukan masalah karena justru memudahkan mereka untuk merawatnya, terlebih bila memiliki tingkat kesibukan yang tinggi. Namun bila jumlah anggota keluarga dan kebutuhan ruang kian bertambah, konsep rumah bertingkat bisa dijadikan jalan keluar. Berikut beberapa tips yang bisa dijadikan inspirasi bagi Anda.
Rumah Idaman
1. Pembagian Ruang
Dengan adanya dua lantai, membagi area akan terasa lebih mudah. Di lantai bawah bisa dibuat dua ruang tidur, dengan satu kamar utama dan satu kamar yang lebih kecil, serta satu kamar mandi. Untuk pemisahan area antara ruang tamu dan ruang makan bisa dilakukan dengan menggunakan pemisah ruangan yang mudah dipindahkan. Bila masih tersisa ruang terbuka di bagian belakang, bisa juga digunakan sebagai ruang makan tanpa menghilangkan taman sama sekali. Tentunya dengan tambahan atap atau kanopi untuk menahan tampias air hujan. Sementara itu di lantai atas bisa digunakan sebagai ruang menonton televisi untuk menjaga privasi, area untuk menjemur pakaian dan dua kamar tidur tambahan. Usahakan untuk tidak membuat terlalu banyak sekat, baik di lantai atas maupun bawah. Untuk menyiasati area kamar mandi yang sempit, Anda dapat menyingkirkan bak mandi dan mengganti dengan shower yang jauh lebih hemat tempat.

2. Cahaya
Satu hal yang harus diperhatikan dari rumah mungil adalah memberi cahaya masuk lebih banyak untuk memberi kesan lebih luas. Atap yang cukup tinggi, membuat balkon atau bukaan jendela yang cukup besar dapat memberi cahaya yang lebih banyak. Agar lebih maksimal, gunakan pula warna furnitur dan dinding yang terang.
3. Furniture
Gunakan furniture dengan ukuran sedang untuk menjaga fleksibilitas area. Akan lebih baik bila menggunakan furniture multifungsi, seperti tempat tidur yang memiliki laci penyimpanan di bagian bawahnya. Gunakan pula furniture yang memungkinkan untuk mengisi bagian sudut untuk meminimalkan area yang terbuang. Saat ini ada beberapa pengembang yang menggunakan konsep rumah bertingkat di atas lahan mungil. Bila tidak, tanyakan secara detil apakah penghuni dapat mengubah bentuk dasar rumah dan pondasi rumah tersebut sanggup untuk dibuat dua tingkat. Akan lebih baik lagi bila masih ada sisa lahan, sekitar 0,5-1 meter, untuk mengembangkan bentuk rumah.

RUMAH INDONESIA, WUJUD ARSITEKTURNYA MASIH TERUS DICARI..

Para arsitek Indonesia di pertengahan tahun 1980, pernah mencoba untuk membahas tentang apa dan bagaimana seharusnya arsitektur Indonesia. Ternyata slogan yang berbau sikap nasionalis itu tidak mudah diterjemahkan begitu saja. Bagaimanakah bentuk arsitektur rumah tinggal yang ingin disebut rumah Indonesia?
Rumah Tropis
RUMAH TROPIS
Mengambil nama rumah Indonesia, konsekuensinya cukup berat. Rumah Indonesia berarti rumah ini sudah dapat mengakomodir seluruh bagian dari karakter budaya arsitektur sekian banyak daerah yang ada di negara ini. Dan dari sekian banyak karya arsitektur yang ada, boleh dikatakan tidak satu pun rumah yang masuk nominasi mampu merefleksikan ke-Indonesia-an itu pada desainnya.
Rumah Tropis, mungkin istilah yang agak lebih dekat dengan maksud ini, karena Indonesia memang beriklim tropis. Akan tetapi perlu diingat cukup banyak negara lain yang juga memiliki iklim yang sama. Jadi masih perlu dicari rumah tropis yang bersuasana Indonesia.

Ternyata sebagian besar para arsitek perancang rumah tinggal yang karyanya ingin mendekati kekhasan budaya Indonesia lebih sering dan menyukai penggunaan istilah ini. Bagaimana mereka bisa mendisain rumah yang sesuai dengan kondisi lokasinya, memiliki ciri budaya ( baca: jati diri ) yang khas dari suasana kedaerahan di Indonesia, memenuhi fungsinya sebagai rumah tinggal orang yang berkepribadian Indonesia, dan yang pasti bisa menyatu dengan kondisi iklim serta lingkungan daerah tersebut.
Kalau dirinci masih sangat panjang, dan para arsitek yang menekuni bidang perumahan tidak seorang pun yang berani membuat satu definisi yang tepat. Baiklah, mungkin istilah rumah tropis bersuasana Indonesia itulah yang sekarang ini ada dan termasuk trendy, meskipun penghuninya sudah ingin hidup dengan gaya yang lebih modern dan cenderung hi-tech.
ORGANISASI RUANG
Membicarakan arsitektur rumah bergaya Indonesia, tidak bisa hanya dilihat dari wujud luar nya saja. Justru saat ini banyak sekali kesalahkaprahan yang kita lihat dalam menerapkan kekhasan budaya pada bentuk-bentuk arsitektur. Pemerintah daerah Bali, Jawa Tengah, Sumatera Barat yang menghimbau agar bisa diterapkan ciri khas kedaerahannya pada setiap bagunan yang baru dibuat, ternyata bangunannya terasa tidak ada nyawanya lagi, selain sekedar ornamen tempelan yang kurang bermakna. Penggalian nilai arsitekturnya sendiri untuk bisa disebut berwawasan jati diri masih perlu dilakukan lebih dalam.
Ruang Tidur Etnik Minimalis
Yang tidak boleh dilupakan juga dalam mencari kekhasan dari rumah tropis bersuasana Indonesia, adalah termasuk organisasi ruang di dalam bangunan tersebut. Beberapa arsitek yang karya rumah tinggal-nya dinyatakan baik, antara lain karena keberhasilannya menyusun tata letak dan hubungan antar ruang dengan begitu baiknya, sehingga kegiatan si pemakai dapat terselenggara sesuai dengan cara hidupnya ( life style ). Kalau ia orang Indonesia, maka tentu dengan berpedoman pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di Indonesia, termasuk tata kramanya.
Pengelompokan kegiatan pada rumah Indonesia masih sangat perlu diperhatikan. Sebab orang Indonesia hidup bukan dengan keluarga kecil seperti orang barat dan kegiatan sosial budayanya masih sangat kental menempel pada cara hidupnya. Ada daerah umum, semi umum, daerah pribadi, sangat pribadi dan daerah servis.
Percaya kepada masalah keberuntungan ( hokie ) bukanlah milik orang Cina saja yang kita kenal dengan istilah Feng-Shui. Budaya Indonesia sangat kaya dengan kaidah-kaidah yang membawa nilai derajat seseorang itu bisa menjadi tinggi. Rumah atau ruang harus menghadap ke arah mana, atau ruang apa yang lantainya harus paling tinggi, semua itu merupakan bagian dari suatu proses panjang kalau seorang arsitek diminta untuk betul-betul merancang rumah Indonesia itu.
KONSEP ARSITEKTUR
Keasrian rumah tropis yang bersuasana Indonesia tidak terlepas juga dari kemampuan perancangnya menyampaikan buah pikirannya dalam bentuk fisik yang kemudian direalisasikan oleh pelaksananya. Tidak sedikit karya yang baik di atas kertas yang penuh dengan segala macam falsafah yang melatarbelakanginya, ternyata kurang berhasil disampaikan secara benar pada tahap pelaksanaannya.

Sejarah Arsitektur

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara ( bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi keterampilan . Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakularlahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturanuntuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastru shastra dari India purba. Di periode klasik dan adab pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

Pengertian Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota perancangan perkotaan arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni”. Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi, strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.
Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

Aliran Arsitektur Modern

dalam perkembangan arsitektur modern dari tahun '20 - '70 dari pengamatan-pengamatan Ch.Jencks.
Kenapa arsitektur dikaitkan dengan politik? Baik secara komporomistis maupun bertolak belakang dalam perwujudan arsitektur.
Sebab :
1. Arsitektur semakin tergantung pada patron kolekif (negara, pemerintahan, kelompok usahawan). Pada tradisi logis, perbedaan kontras terdapat pada ahli teknik dengan orientasi dan efisiensi untuk pelayanan masyarakat.
Buckminster Fuller mengusulkan :
Suatu sistem organisasi dunia yang memajukan insinyur sebagai arsitek dunia (universal architect) menggantikan para politikus.
Pada prinsipnya: mengantikan pemikiran-pemikiran politis dengan pemikiran teknis dan efisien.
2. Pada umumnya arsitek sangat halus mempengaruhi pemakainya.
Kenzo Tange mengharapkan:
Dalam menghadapi tantangan realitas, kita harus bersiap-siap menghadapi masa datang dengan type revolusi teknologi baru yang dapat merubah sistem masyarakat yang ada sekarang.
Perencanaan yang skematis, pertumbuhan yang kontinu merupakan dampak dari revolusi cybernetic ; yang juga merupakan ciri tradisi logis.
BAGIAN I
TRADISI LOGIS
Periode "20-keatas; kaitan antara arsitekur modern dengan revolusi industri Revolusi industri dalam material dan teknologi mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur modern. Dengan hadirnya IPTEK, manusia memuja 'pembaharuan-pembaharuan' dan 'perubahan'. Perubahan pada tradisi-tradisi sosial and estetis (nilai-nilai lama).
Dengan IPTEK, kemungkinan untuk mengembangkan/mewujudkan ide-ide tentang bentuk yang mengikuti fungsi (form follows function) semakin bertambah. Gerakan modern dalam arsitektur mencoba menyederhanakan dan menyatukan kerumitan permasalahan yang ada.
Tradisi logis dengan sekumpulan sikap dan metode desain yang sistematis, menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan bangunan dengan industri (akibat kurangnya pengertian tentang bagaimana tersebut bekerja). Sejarah desain parametrik banyak berkembang di Jepang dalam pergerakan arsitektur yang dipelopori oleh Kenzo Tange.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 1
???? Dalam satu segi merupakan perkembangan dari zaman keiayan (heroic period) dari hasil akhir Le Corbusier.
???? Dan dari segi lain; mirip dengan gerakan super sensualis (yang menggambarkan keabsolutan teknologi yang kontras dengan nilai tradisional)
Aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini sebab Jepang banyak mengambil ide dan image, dan kemudian secara sistematis menyempurnakannya (sehingga pada umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal ide tersebut) Contoh :
1. Pavillon di Expo 70 (Kenzo Tange) merupakan realisasi dari
• Ide Archigram (group Inggris) yaitu Plug in City 1964 dan
• Yona Friedman yaitu Spatial City 1961
2. Landmark Tower, Expo 70 (Kiyonari Kikutake) Osaka Dari proyek yang ada sebelumnya yaitu : percobaan geodesic dari Bucminster Fuller dan Archigram Montreal Tower Project, '64
Sukses yang dicapai oleh para arsitek Jepang memperlihatkan keajaiban ekonomi Jepang yang berkembang pesat, ditambah dengan penemuan teknologi yang berkembang pesat pula secara alamiah membentuk suatu filosofi politik yang 'meritocracy', managerialism, dan teknorasi. Pertimbangan dari tradisi logis yang memperhatikan kebesaran yang universal dari alam dan doktrin dari fungsionalisme (asumsi dari Pierre Luigi Nervi)
• apakah arsitektur bergerak kesuatu bentuk yang sama? Ya!
Berdasarkan : - pendekatan hukum-hukum alam
Jadi : Kelompok logis meramalkan bahwa bentuk "arsitektur dimasa yang akan datang akan selalu ditentukan oleh sifat" keteknikan dan teknologi serta fungsi dan strukturnya yang mengikuti hukum-hukum alam.
Dengan kata lain: tidak akan ada suatu pengungkapan formil yang baru lepas dari sitar-sitar radio

KARAKTERISTIK KELOMPOK LOGIS
1. Mendaya-gunakan teknologi diatas segalanya
2. Memegang ideologi seorang ahli teknik (engineer)
3. Fungsionalis dan mengembangkan pendekatan kepada hukum-hukum alam
4. Mengandalkan sistem managemen Permasalahan dipecahkan dengan metode perencanaan yang sistematis Christopher Alexander mengenalkan suatu metode parametrik (suatu masalah dianalisa menjadi parameter-parameter yang jumlahnya ribuan-jutaan --- lalu diorganisasi)
5. Menerapkan disiplin-disiplin ilmu dan penalaran (statistik, giometris, sistematik, statika, dll)
6. Ada keinginan untuk memulai menata lingkungan baru

PRAGMATIS --- IDEAL --- UTOPIAN --- FUTURISTIK

TOKOH DAN KARYA

1. BUCKMINSTER FULLER
UNIONTANK CAR CO (1958)
Sebuah bangunan dengan struktur berbentuk dom (0 384feet - high 120feet) Fungsi bangunan: tempat reperasi gerbongl tanki KA
Dom ini dibentuk dari 321 unit panil hexagonal (segi 6) dengan rangka baja. Pada masa itu merupakan bentang terbesar
2. KISHO KURUKAWA
Bangunan ini ditandai kapsul dengan pipa saja. Luas kapsul "2,2 m2.
Dibangun dengan sistem metabolisme (semacam knock-down-red)
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 2
3. KENZO TANGE
PAVILLON UTAMA XPO'70
Terdapat Space Frame dengan lebar 200 feet (60m) yang merupakan jaringan 3 dimensional untuk penyal man gaya-gaya. Fungsi-fungsi servisnya merupakan infra struktur yang ideal. lni merupakan contoh disain yang sistematis.
4. PIERLUIGI NERVI
HANGGAR PESAWAT TERBANG
5 buah penyangga utama dan 21 balok pendukung yang lebih kecil dengan dimensi 335 feet x 132 feet.
5. FREI OTTO
ARCTIC CITY ENVELOPE (1971)
Merupakan Sperical pneumatic membrane yang diperkuat oleh jaringan sebagai pengkaku Ø 2 km, high max 240 m.
Bahan: sintesis transparan dalam 2 lapis, serat "Polister tegangan tinggi seterusnya ini dibuat untuk menutupi sebuah kota untuk max 45.000 penduduk di Arctic
LOGICAL TRADITION merupakan kelanjutan dari INTUITIVE TRADITION
BAGIAN II
TRADISI INTUITIF
I. REVOLUSI GANDA, suatu pergantian orientasi
Arsitek expresionist sekitar awal '20 dengan kebebasan individual, sering mencampur adukkan bentuk dengan bentuk anakisme
1.1 Akhirnya perlu ORIENTASl SOSlAL yang diwujudkan dalam konsep SOSIALlSME ROMANTIK, berdasarkan semangat kerjasama dan kekeluargaan. Terjadilah revolusi politik yang dibawa oleh GROPIUS, MIES, dan arsitek AVANTGARDE lainnya yang tergabung dalam NOVEMBER GRUPPE.
1.2 Perubahan Spiritual yang mengganti nilai-nilai arsitektur terdahulu, keduanya disebut REVOLUSl GANDA
Salah seorang UTOPIAN yaitu BRUNO TAUT merupakan pengikut REVOLUSl GANDA ini, dicobannya menggabungkan KONSEP NEW CRYSTAL ARCHITECTURE dengan konsep lain yang kelihatannya kontradiktif yaitu NEW COMMUNITY SPIRIT (mencoba membangun gedung-gedung pusat masyarakat, bergaya mewah dan sangat spektakuler, seperti kristal dengan ekspresi teknologi mutakhir).
II. ARSITEKTUR EKSPRESIONISME DAN FANTASTIK
ldeologi arsitektur ekspresional hanya sedikit terwujud dalam bentuk arsitektur. Akibatnya 40 tahun kemudian (sekitar '60 an) kembali, sebagai kelompok kecil arsitektur fantastik
ldeologi Fantastic architecture ini:
Menghargai kebebasan imajinasi arsitek dalam melawan bangunan-bangunan konvensional dan rationalism.
Hundertwasser (Pelukis Austria-awal 60 an) dengan buku :
MOLLID MANIFESTO AGAINST RATIONALISM IN ARCHITECTURE
Dengan dilema :
1. Kebebasan mencipta mernpakan seni dalam arsitektur
2. Cenderung melawan rasionalis-konvensionalis yang menganggap garis lurus adalah sesuatu yang jujur dan efisien
Hundertwasser mengajukan gagasan lain:
Mengahargai kebebasan bentuk dan garis seperti makhluk-makhluk mikrobiologi.
Beberapa karya yang menganut idea ini diciptakan para arsitek fantastik seperti : BRUCE GOFF, GORMAN, RODDILA, dan lain-lain
(idea-idea mikrobiologis)
a. Mereka memperhatikan aneka sifat barang dan bahan yangg ada disekitarnya (dari tutup botol sampai kerikil).
Sebagai penyaluran ekspresi yang memiliki ketentuan dan kekuatan sendiri yang wajar
b. Keahlian ahli struktur dari MORENDI sampai FREI OTTO yang menghasilkan karya eksprektif yang fantastik.
III. CONTOH-CONTOH, ulasan protipe
Berbicara sekitar idea fantastik, perlu diketengahkan ahli-ahli struktur sebagai arsitek yang brilian dari Morendi sampai Nervi.
Frei Otto dengan kabel tariknya sampai dengan 21 km, yang mencoba mewujudkan konsep hyperbolic berupa kubah luas setebal (hanya) 14,5 cm dengan bentang 10 m Sama-sama berangkat dari pendekatan struktur, Hans Scharoun (arsitek Jerman) : Karya fantastik bisa mendekati kebenaran empirik. Scharoun sebagai arsitek UTOPIAN memegang kuat kreatifitas individu sebagai ukuran kualitas.
Philharmonic Hall di Berlin, mencoba menyatakan kesan dan suasana hingar bingar pada eksterior dan interiornya. Semangat 'musical perfomance' diwujudkan dalam penataan ruang dalam mengikuti bentuk dan irama yang diciptakan air terjun (berderai, bergelora, bergemuruh, dan seterusnya).
Karya lain secara politis dan fungsional digolongkan pada fantastik adalah Sidney Opera House (karya Jorn U).
Karya ini banyak diperdebatkan oleh parlemen di Australia, banyak peserta yang mengundurkan diri karena program yang berubah. Secara arsitektur dapat dipertanyakan apakah shell voult sesuai dengan keperluan akustik ruangan atau ekspresi fungsi opera yang diinginkan.
IV. TRADISI INTUITIF MENDATANG, kecendrungan abad 21
Idea dan bentuk diambil mulai dari hal-hal biasa sampai khayalan diluar manusiawi. Selain itu diramalkan adanya kelemahan-kelemahan yang bisa menjadi sasaran kritik, antara lain:
???? Kesederhanaan yang cenderung naif (naivity)
???? Asumsinya tentang hal yang melulu bersifat teknologi, akan dapat diterima dan menjadi bagian dari masyarakat.
Bagaimanapun tradisi ini mencoba membenahi pandangan tersebut selain memperlihatkan potensi mereka yang bersifat sosial, yaitu potensi membangun.
RESUME
???? Pada dasarnya tradisi intuitif selalu meninjau bidang" lain ( Untuk meminjam atau digunakan kembali untuk merubah hal-hal yang ada pada masa kini)
???? Bahasa kekhususan tradisi intuitif-fonnalisme abstrak-mencoba mempertemukan ideologi-kreatifitas-dan pendapat umum
BAGIAN III
TRADISI IDEALIS
1. LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN
a. Selaras dengan perkembangan zaman muncul bermacam-macam teori dan ide-ide baru. Para arsitek dihadapkan pada tantangan, bagaimana agar desain hasil pemikiran mereka dapat dimengerti oleh masyarakat yang heterogen dan macam-macam pola hidupnya. Tradisi idealis memperhatikan pada fungsionalis, ekspresif, simbolis, dan sopan santun berusaha menjawab hal diatas. Tradisi ini adalah inti arsitektur modern, karena sebagian arsitek tergabung tradisi ini. Mereka mendesain bangunan yang selaras dengan lingkungannya.
Arsitek dari tradisi ini berusaha agar bentuk dapat dipahami, dan merupakan kelanjutan dari paham fungsionalisme. Paham fungsionalisme yang kaku, disempurnakan dengan membuat hasil (produk) dapat dikomunikasikan dengan masyarakat dengan tanpa meninggalkan fungsi sesungguhnya. LE CORBUSIER merupakan PIONIR TRADISI IDEALIS
Pemecahan masalah sosial merupakan inti atau masalah utama dalam tradisi idealis ini, tidak hanya menganjurkan solusi masalah saja ; tapi mereka juga mengajukan usulan-usulan atau altematif dengan pertimbangan adanya perubahan di masa datang.
b. Dimulai pada bulan Oktober '20 selama 2 tahun setelah itu, LE CORBUSIER menulis dimajalah L'ESPRIT NOVEAU (suatu kumpulan artikel yang berisi tentang semangat baru yaitu semangat konstruksi dan sintesa konsep yang jelas) dengan selalu menekankan pada ikatan-ikatan idealis seperti semangat baru, konsep yang jelas, ZEITGEIST, jaman besar. LE CORBUSIER berhasil mengkristalkan seluruh harapan di tahun 20-an itu, tulisan ini mendapat tanggapan yang cepat dan nyata.
c. Gerakan-gerakan yang turut merasakan pandangan ini pada awal tahun 2a-an antara lain: De Stijl (Belanda), Puristme (Paris), Contructivisme (Rusia dan Hongaria), Ekspresionisme dan Utopian (Jerman), Dadaisme dan Surealisrne (New York), Kritik (Inggris dan USA) dan Formalisme (Cekoslovakia). Hal ini merupakan gabungan eksplosif dari semangat Eropa. Kejadian-kejadian di Eropa terasa cepat bergerak.
Pada waktu itu LE CORBUSIER mengerjakan hampir semua prinsip-prinsip untuk karyanya KOTA KONTEMPORER untuk 3 milyun penduduk direncanakan untuk 30 tahun.
Dalam tradisi dikenal 5 pembabakan yaitu :
1. PERIOOE HEROIC
2. INTERNATIONAL STYLE
3. METAPHYSIC
4. CIBERNETIC
5. SEMIOLOGI
1. PERIODE HEROIC
Berawal dari tradisi logis
Arsitek-arsitek berusaha mengatasi masalah sosiaI rang dihadapi masyarakat, rang hal ini hanya menurut ideal si arsitek. Jadi secara tidak sadar arsitek menganggap dirinya sebagai pahlawan. Contoh periode heroic: KOTA KONTEMPORER oleh LE CORBOSIER, antara lain berisi :
???? pemisahan garis fungsi-fungsi utama
???? sistem-sistem sirkulasi
???? kota taman
???? jalan-jalan dalam blok apartement
Secara politis karya ini antara lain campuran dari ideologi-ideologi yang bertentangan, mendapat kritik pedas dari semua pihak, misalnya :
KOMUNISME PERANCIS dengan sebutan PERENCANA FASIC, sebab pemerintahan pusat yang kuat dijalankan oleh kelompok-kelompok elite pengusaha dan selain itu ada masalah perbedaan kelas dalam masyarakat (guru dan manajer).
Sikap mendua dari LE CORBUSIER terlihat dari karyanya: FREEHOLD MAISONNETTE SCHEME (1922) yang cenderung mengarah kepada sosial utopia dan komunisme serta kapitalis pragmatis dan didukung pertimbangan ekonomi yang mantap. Proyek ini dengan sifat fungsional, estetis, langsung ditiru oleh konstruktivis sosial yang dikembangkan menjadi rumah-rumah komunal.
Oleh sebab itu dan sebab lain LE CORBUSIER dicap sebagai antek-antek komunis oleh kaum reaksioner. Sebagai pembelaan diri ia mengeluarkan buku : Toward and New Architecture (1923) yang dialiri suatu chapter architecture or Revolution. LE CORBUSIER dituduh lagi menjadi penganut aliran marxisme ortodoks karena ia mencoba memecahkan masalah sosial dengan cara arsitektur tanpa revolusi. Hal ini dihadapkan pacta posisi yang sama dari setiap arsitek idealis. Ketika ditekan oleh tuduhan ini, LE CORBUSIER beralih lagi dan sikap apolitic pragmatis ke justifika teknokrat (netral dan efisien). Hal ini dinyatakan pada bagian akhir bukunya yang berjudul The City Of Tomorrow Pada 1928 Helena de Mandrot di Swiss, dibawah bimbingan LE CORBUSIER membawa suatu ide untuk mempertemukan arsitek dalam suatu kongres internasional (CIAM I).
Hasilnya:
???? Pameran Weissonhof, yang menetapkan arsitek modern sebagai gaya tahun '20-an (segi positif).
???? LE CORBUSIER kalah dalam liga nasional karena tidak berkompromi dengan aliran modern (segi negatif).
CIAM terbagi dalam 2 golongan yang bertentangan :
1. Arsitektur formalis dari Perancis
2. Arsitektur fungsionalis dari Jerman yang terjadi karena perbedaan borjuis reformis dan marxis revolusionalis. Kelompok ini tidak mengenal adanya pembagian kelas dalam masyarakat.
Karena pertentangan ini (CIAM) mengalami kemunduran arsitek Jerman (Ernst May dan Haunes Meyer) membuat suatu kontrol dari pihak pemerintah berdasarkan opini publik, contoh : Kasus Frankfurt Jerman yang memperlihatkan bahwa dinas tata kota berpengaruh pada perkembangan arsitektur. Sebelum kejayaan tradisi idealis pada periode heroic berakhir dikemukakan dua tradisi idealis dan harapan untuk peningkatkan mutu.
1. Kepahlawanan yang terjadi pada kehidupan yang sehari-hari (mengagung-agungkan objek sehari-hari seperti pipa air, botol anggur, knop pintu, mesin)
2. Periode heroic berarti semangat kepahlawanan dari setiap individu untuk mengubah masyarakat.
Contoh : monumen atau Mies Van Rohe, bersikap apolitik pragmatis dan secara fatal menghormati pada kekuatan struktur yang ada sehingga merancang monumen komunis ini. Sikap apolitik ini sangat mempengaruhi kemunduran tradisi idealis sesudah periode heroic. Pada dasarnya aliran sosial utopian yang menjiwai karya LE CORBUSIER, GROPIUS dan arsitek-arsitek CIAM menjadi mundur pada saat estetik dari internasional style merajai dunia.
2. INTERNATIONAL STYLE
Pada waktu pertentangan-pertentangan idealis (seperti yang sudah ditulis sebelumnya) LE CORBUSIER, GROPIUS, arsitek-arsitek ClAM membentuk aliran baru yang tidak memihak idealis manapun, yang menjadi sebab aliran ini disebut aliran International Style. International Style mencapai puncak perkembangannya pada tahun '50-an. Berupa Curtain Wall. Curtain Wall antara lain kulit ( selimut) yang bersifat tidak menunjang, berupa bingkai-bingkai jendela dan panel-panel yang ditonjolkan dari struktur bangunan rangka.
Ada 2 kelemahan dan International Style, yaitu:
1. Penghamburan energi untuk ekspresi bangunan
2. Dengan sistem yang berulang dan curtain wall, sukar untuk mengekspresikan fungsi yang beragam di dalam bangunan
Contoh bangunan masa International Style:
???? Seagram Building, NY'58
???? Lever House, NY '52
???? Pepsi Cola Building, NY'60
???? General Motor Technical Centre '55
???? Tribun Tower, Chicago '22
Pada awal '60 an, terjadi kontradiksi antara kesempurnaan teknis dan visual versus kesederhanaan. Hal ini merupakan sebab utama dari timbulnya New Brutalism (New brutalism adalah suatu aliran pada masa transisi dan CIAM ke team X).
Aliran ini terjadi secara paralel of life and art, yang berusaha mengobjektifkan realitas yang mengenai kebiasaan dari masyarakat, keinginan-keinginan dan teknologi rang dikuasai, dan sebagainya.
3. METAFISIK
International Style tersaingi oleh Bureaucratic School, karena terjadi kontradiksi antara keunggulan teknik dan visual dari bangunan dengan kekurangan-kekurangan yang tidak dapat disangkal dari arti bangunan sesungguhnya. Dalam tradisi idealis ada aliran New Brutalism, selain itu ada aliran metafisile dimana arsitek seperti Louis Khan, Aldo Van Eyek dan James Stirling termasuk dalam aliran ini.
Karya-karya mereka merupakan derivat-derivat dari prinsip-prinsip yang terdapat pada periode heroik yang menunjukkan bahwa bagaimanapun juga arsitek tidak lepas dari pemikiran sosial maupun politik yang menjadi nabi prinsipini adalah Louis Khan.
Karya-karya arsitek rang dihasilkan oleh METAPHYSICAL SCHOOL adalah primitif dalam ekspresi, tidak fundamentalis, tegas, jelas berdasarkan elemen-elemen rang teratur rang secara konseptual dihasilkan arsitek Sebagai contoh:
Karya James Stirling, St Andreus Residence merupakan pengulangan bentuk unit kamar tidur, dan hal ini mempunyai kelebihan dalam mengurangi ekspresi dalam efisien danjuga fungsi yang mengidentifikasikan arsitekknya.
Dalam semua kasus ini penekannya pada segi mental dan kemauan masyarakat diutamakan dibandingkan bahan-bahan dasarnya.
4. CYBERNETIC SHOOL
Banyaknya kemungkinan baru seperti desain komputer, bank data desain 3 dimensi holograpic, dan komunikasi laser dan produksi otomatis (automated production). Kebencian pada produk-produk mesin (karena patern yang diprogramkan itu-itu saja). Salah satu dalil dalam ars modern yang disetujui oleh LE CORBUSIER dan WALTER GROPIUS ialah buku arsitek harus mendesain type-type arsitek yang beraneka ragam (invariant archetypes), standar atau object types yang kemudian bisa diulang tanpa akhir dengan produksi massal.
Pertimbangan LE CORBUSIER adalah ekenomi sosiologi dan teori Darwin.
Kaum sosiologis mengatakan bahwa anomik yang coforminty akibat standarnisasi tersebut sangat merusak hubungan sosial, individu. Sedangkan yang lain mengatakan otomatisasi yang dihasilkan oleh produksi cybernetic bisa membawa kita ke kehidupan organik, dunia pekerjaan tangan dimana tiap bentuk berbeda dengan bentuk selanjutnya dengan ongkos yang sama, kecepatan, dan efisien yang sama untuk suatu produksi ulang.
Rumah dimasa datang dibangun dengan sistem perakitan dimana panil-panilnya berlainan yang bisa dipasang menurut sikon.
Produksi cybernetic (sering disebut Revolusi II) akan mengembalikan lingkungan pada zaman sebelum industri dimana produksi bisa dipesan.
Manusia dikontrol oleh sistem budayanya bukan hanya hubungan ekonomi semata.
Contoh: - Cambridge Faculty of History, oleh James Striling dan Michael Wilford.
5. SEMIOLOGI
Produksi cybernetic (Rev. Industri II) membuat dampak pada lingkungan seperti halnya kejadian pada zaman sebelum revolusi industri terdahulu. Seperti telah disebutkan bahwa, lebih baik menyatakan manusia diatur oleh signs yang menyeluruh pada kebudayaannya dan tidak oleh kemampuan ekonominya saja.
Demikian teori mengenai signs, semiology, menjadi landasan penting, karena hal ini memberikan bermacam-macam variasi sistem komunikasi.
Teori semiology akan menjelaskan hubungan antara bermacam-macam sumber-sumber kolektif, langue dan pilihan individual dan kreasinya, parole.
Menurut Ferdinand de Saussme:
1. Langue = berasal dari language yang berarti cara berkomunikasi antara manusia. Dalam arsitek yang dimaksud adalah suatu ciri umum yang mudah
dikenal dan dipahami oleh masyarakat.
2. Parole = Suatu cara pengungkapan keinginan pribadi (speech)
Dalam arsitek hal ini berarti suatu pemasukan keinan pribadi dari sang pencipta kedalam karyanya dengan tanpa memperhatikan lingkungan masyarakat apakah karya tersebut dapat diterima atau tidak.
Penggunaan signs dari sumber-sumber yang berbeda-beda meningkat dikalangan arsitektur. Jika ia menggunakan sumber-sumber yang terlampau jauh berbeda dengan harapan dan keinginan kolektif, maka ia gagal dalam berkomunikasi. Robert Venturi telah memperlihatkan dan menerangkan bagaimana cara seorang arsitek dapat menggabungkan eliche, citra, dan iklan pada disain suatu bangunan
tanpa harus terjatuh pada salah satu ekstrim di atas.
Kaum Facis cenderung menyimpan dan menahan pengalaman, dalam suatu masyarakat yang pluralis ada kewajiban untuk mengenal tuntunan-tuntutan yang bermacam-macam dan masalah sosial yang terjadi.
Contoh: Boston University Complex oleh Jose Louis Sert
Contoh ini membutuhkan kemungkinan manusia bisa berdampingan dengan lingkungannya jika fungsi dan bentuk diselaraskan sain sama lain.
Pada kenyataannya hubungan antara bentuk dan fungsi atau signifer dan signifea sangat susah ditentukan dan selalu menjadi pertanyaan. Semiologi School menekankan suatu bentuk (dari suatu bentuk) suatu kawasan lingkungan bisa dikenal oleh masyarakatnya.
CIRI-CIRI TRADISI IDEALIS
Sulit untuk merumuskan ciri-cirinya (secarah umum), karena kadang-kadang pada suatu periode jauh berbeda dengan periode lain; maka ciri-ciri ini disusun berdasarkan kejayaan periode yang mempengamhi tradisi ini; antara lain:
1. Pada periode Heroic
???? bertitik tolak pada pemecahan masalah sosial
???? berlandaskan idealisme pribadi arsitek
???? dipengaruhi penemuan-penemuan baru mengenai mesin
???? pendewaan terhadap barang-barang sehari-hari
???? ekspensif fungsionalis
2. Pada saat dipengaruhi International Style
???? penggunaan curtain wall dan asesorisnya
???? mulai menggunakan precast slab
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 8
???? clean dan simple
3. Pada saat dipengaruhi Metaphysic School
???? menempatkan arsitek pada skala kosmis
???? berdasarkan keinginan untuk membuat dunia lebih baik
???? berdasarkan gagasan bahwa bentuk dapat dihasilkan dari bentuk struktur alami, seperti dome, busur
???? Primitif dalam ekspresinnya, pengesposan bahan yang berstruktur kasar (bata, batu, dan lain-lain)
4. Pada saat dipengaruhi Cybernetic
???? dalam memecahkan masalah mencoba memberikan alternatif lain, variant yang timbul dari kemampuan dan keistimewaan mesin otomat
???? mass production, standardisasi
???? pertimbangan dari segi ekonomi, sosiologi, dan teori Darwin
5. Pada saat dipengaruhi Semiologi
???? berusaha berkomunikasi/menangkap keinginan masyarakat
???? membuat lingkungan menjadi sesuatu yang bisa dikenal
???? mendamaikan aliran-aliran yang bertentangan
???? setiap unsur dan elemen bangunan berperan tanpa lepas dari kesatuan

CONTOH-CONTOH KARYA TRADISI IDEALIS
???? LE CORBUSIER
1. Proyek Algier
Permainan fungsi menghasilkan tidak hanya plastik symponi untuk kenyamanan penglihatan tetapi juga suatu cara yang membuat fungsi-fungsi vertikal sejelas dan sebaik horizontal dalam kota.
2. Kota kontenporer untuk 3 juta penduduk

???? ROBERT VENTURI
1. Building board, a football hall of fame
o disini diperlihatkan bagaimana arsitek memasukkan suatu klise iklan dalam suatu bangunan tanpa menjadi langue atau parole. Hal ini dipecahkan dengan kontak klise sehingga kontras dengan bentuk-bentuk yang lain atau dengan kata lain tumpah dari suatu permukaan ke permukaan yang lain.
o suatu museum yang juga merangkap sebagai penyangga suatu billboard 2 dimensi yang besar.
o Penyelesaian pemakaian bahan yang kontradiktif tampa mengkompromir satu sama lain, sehingga keduanya berhadapan tampa menjadi samar-samar, yang vulgar tidak turun derajatnya dan serius menjadi meyakinkan secara formal.
???? PETER SMITTHSON
House of The Future
o Semua permukaannya dibuat dari bagian-bagian melengkung yang menghubungkan atau berhubungan sehingga mudah dibersihkan.
o Prinsip yang diambil disini adalah prinsip sebuah badan mobil, dimana fleksibilitas penyesuaian terhadap situasi mengambil peranan penting untuk menghilangkan efek destruktif dari standardisasi, walaupun standardisasi itu sendiri sesuai dipandang dari segi ekonomi maupun sosiologi.
TRADISI IDEALIS MEMILIKI IKATAN-IKATAN IDEALISTIS :
SEMANGAT BARU
KONSEP YANG JELAS
ZEITGEIST
BAGIAN IV
TRADISI AKTIFIS
Skema periode sejarah arsitektur modern tercatat adanya kecendrungan yang terjadi dengan sendirinya, dimana konsep-konsep dan tipe-tipe arsitektur dapat digabungkan, sehingga terjadi kelompok-kelompok arsitek, kelompok-kelompok ini besar kemungkinan terjadi karena adanya tipe-tipe yang sama, baik secara psikologis maupun disiplin ilmu yang dipakai. Tapi pada dasarnya tak ada arsitek yang dapat digolongkan secara mutlak dalam satu kelompok saja dan barangkali seorang arsitek semakin baik jika semakin sulit dimasukkan kepada satu kelompok tertentu, misalnya: LE CORBUSIER.
Tradisi Aktivis mempunyai hubungan dengan tradisi intuitif dalam perkembangan pemikirannya, dimana kelompok intuitif pemikirannya berkembang bebas menjadi anarkis dan tidak selalu ada komunikasi dengan masyarakat saat itu. Sedangkan tradisi aktifis pemikirannya jauh ke depan dan selalu dihubungkan dengan masyarakat pada saat itu.

ADAPTASI PRILAKU MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN RUMAH SUSUN

Masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan perumahan yang menapak di tanah atau yang sering kita sebut dengan istilah landed house. Segala macam budaya, kebiasaan, maupun adat istiadat yang berkaitan dengan tipologi perumahan landed house ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Dengan hamparan tanah yang luas sangat memungkinkan untuk membangun perumahan tipe tersebut, rumah-rumah tradisional maupun modern pada waktu itu dibangun secara horizontal membentuk suatu daerah, linkungan tertentu, maupun yang akhirnya menjadi sebuah desa dan ini terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Tentu seiring dengan berjalannya waktu manusia selalu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya terutama lingkungan tempat mereka bermukim, dan kebiasaan yang telah menjadi budaya atau adat istiadat telah terbentuk sedemikian rupa guna menjalankan kehidupannya berhubungan dengan lingkungan perumahan yang terjadi.

Dewasa ini faktanya bahwa wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar mulai kehabisan lahan untuk permukiman. Semakin langkanya dan semakin mahalnya harga lahan di kota-kota besar memicu para pengembang di sektor permukiman membangun sebuah hunian vertikal dengan tipologi bangunan yang sudah baku. Maka muncullah suatu tipologi bangunan yang disebut dengan rumah susun, unit-unit satuan rumah susun yang sedianya dibangun secara horizontal kini seolah-olah ditumpuk-tumpuk menjadi satu bangunan tinggi yang utuh. Penyatuan unit-unit rumah ini juga berarti menyatukan budaya atau adat istiadat yang menjadi kebiasaan penghuni rumah itu sendiri. Sayangnya pihak pengembang kurang tanggap dengan hal prilaku manusia terhadap lingkungan perumahannya. Aktifitas-aktifitas pada perumahan landed house tentu berbeda dengan aktifitas perumahan vertikal. Tentu hal ini berkaitan dengan tradisi berarsitektur di Indonesia. Banyak perencana bangunan mengutamakan praktek terlebih dahulu dan kemudian baru disesuaikan dengan teori yang ada dan atau sebaliknya mengutamakan teori yang ada kemudian praktek. Pembangunan rumah susun dewasa ini banyak dibangun dengan teori-teori hunian vertikal yang ada dengan tipologinya yang sudah pasti, sehingga kita banyak menemukan hunian-hunian vertikal yang sama satu dengan yang lainnya. Selama ini pembangunan rumah susun hanya terkonsentrasi pada kebutuhan ruang bagi penghuni saja, tetapi aspek prilaku atau aktifitas yang terjadi justru kurang diperhatikan. Hasilnya banyak ruang-ruang fungsi pada rumah susun yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, hal ini semakin menguatkan penyangkalan terhadap teori arsitektur modern yang mengatakan bahwa bentuk mengikuti fungsinya ( form follows function ), tetapi saat ini yang terjadi adalah bentuk memicu fungsi tertentu. Oleh karena itu, proses adaptasi disini menjadi penting bagi masyarakat yang terbiasa menjalankan aktifitas di lingkungan perumahan landed house untuk hidup dilingkungan perumahan yang baru yakni hunian vertikal rumah susun.

Jean Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya menerangkan bahwa adaptasi biologi terhadap lingkungan merupakan bagian dari intelegensi seseorang. Ada tiga aspek intelegensi yang dikemukakan oleh Piaget yaitu aspek struktur, struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller, 1993). Aspek isi, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur & fungsinya, bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual. Yang ketiga ialah aspek fungsi, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam dua cara yakni asimilasi dan akomodasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada, dapat dikatakan bahwa asimilasi merupakan proses penyesuaian lingkungan yang sudah ada dan mencocokannya kepada manusia itu sendiri. Sedangkan akomodasi, organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. Jadi dapat dikatakan bahwa proses akomodasi merupakan proses penyesuaian diri manusia itu sendiri kepada lingkungannya. Proses adaptasi dengan cara asimilasi dan akomodasi ini yang terjadi pada lingkungan rumah susun. Manusia melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan rumah susun yang merupakan lingkungan baru dengan ruang-ruang dan bentuk tersendiri untuk mencapai keseimbangan ( equilibrium ) antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.

Dalam Undang-undang tahun 1985 no.16 pasal 1 ayat 1 tentang rumah susun, dijelaskan disana pengertian rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Bagian bersama memiliki pengertian bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama, contohnya ruang koridor, ruang tangga, dsb. Benda bersama memiliki pengertian benda yang bukan merupakan bagian rumah susun tetapi yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama, contoh prasarana dan fasilitas lingkungan. Tanah bersama memiliki pengertian sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan ijin bangunan, contoh ruang terbuka berupa taman bermain, lahan parkir kendaraan, dll.

Adaptasi prilaku manusia terhadap pola permukiman horizontal ( landed house ) menuju pola perumahan vertikal mempengaruhi kondisi sosial psikologis dan prilaku penghuninya. Hal ini tercermin pada fenomena prilaku penghuni rumah susun tersebut. Penghuni rumah susun cenderung bergerak secara horizontal terutama dalam bersosialisai dengan tetangganya. Hal ini menjadikan penghuni hanya aktif mengenal dan berhubungan dengan penghuni satu lantai itu sendiri, kerap terjadi ekslusifitas penghuni antar lantai. Selain itu fasilitas ruang publik pada setiap lantai mendorong penghuni untuk memanfaatkan kepemilikan pribadi. Hal ini sering sekali terjadi pada kebanyakan penghuni-penghuni di rumah susun yaitu mengintervensi zona publik untuk kepentingan pribadi, disini issue abadi arsitektur yakni issue publik-privat muncul. Sedangkan pada fasilitas publik di lantai dasar ( ruang-ruang komunal ) kurang optimal, menjadikan daerah ini menjadi sepi dari aktifitas sosial dan mendorong tumbuhnya prilaku yang kurang baik seperti tindak kejahatan dan sebagainya.

Tinggal di rumah susun merupakan budaya yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia, sehingga seringkali kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan pada lingkungan perumahan horizontal ( landed house ) terbawa ke lingkungan perumahan yang baru yakni perumahan vertikal rumah susun. Berbicara dan menggunakan perangkat audio yang terlalu keras menggangu tetangga kamar maupun penghuni secara keseluruhan. Hal ini merupakan kebiasaan penghuni yang terbawa ke dalam lingkungan tersebut. Deretan unit-unit satuan rumah susun yang berdekatan tidak memberikan keleluasaan bagi masing-masing penghuninya dalam berbicara maupun untuk sekadar memuaskan kebutuhan batinnya dengan mendengarkan musik dalam volume suara yang keras. Disini penghuni dituntut untuk menyesuaikan dirinya agar tidak saling mengganggu tetangganya.

Mengutamakan kepentingan individu dalam menggunakan fasilitas umum seperti, tangga, selasar depan kamar atau unit rumah yang juga berfungsi sebagai akses bagi tetangga, dapur dan kamar mandi umum yang merupakan milik bersama, tempat bermain umum bagi anak-anak, parkir dan fasilitas umum lainnya.



Koridor yang merupakan bagian bersama sering menjadi tempat untuk melakukan kegiatan pribadi bagi penghuni. Koridor kerap kali menjadi tempat bagi bermain anak-anak, selain itu koridor teruatama yang langsung bersinggungan dengan kamar penghuni juga sering menjadi tempat bersosialisasi. Kegiatan yang bersifat privat ini memenuhi koridor tersebut sehingga bagi penghuni lain yang ingin melintasi area tersebut jadi merasa terganggu dan enggan melewati tempat tersebut, sehingga koridor yang merupakan akses utama pada rumah susun tidak berfungsi sebagaimana mestinya ruang milik bersama.

Fenomena lain yang menjadi permasalahan penting dalam rumah susun sehubungan dengan prilaku penghuninya ialah adanya kebiasaan menjemur pakaian. Menjemur pakaian keluar jendela merusak pemandangan dan dapat meneteskan air dari pakaian yang masih basah ke jemuran pakaian yang sudah kering di bawahnya, selain itu tetesan air yang menetes ke dinding rumah susun menjadikan area tersebut lembab dan menimbulkan lumut sehingga merusak kondisi bangunan secara keseluruhan.



Kebanyakan perancangan rumah susun tidak disertai dengan antisipasi kebudayaan masyarakat dalam menjemur pakaian. Tidak tersedianya ruang jemur yang memadai memicu para penghuni untuk menggunakan balkon dengan luas “seadanya” itu untuk menjemur pakaian. Ini mencerminkan masyarakat khususnya di Indonesia yang sebenarnya belum siap menerima konsep rumah susun dan belum mampu sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan rumah susun tersebut.

Masalah lain ialah adanya kebiasaan membuang sampah yang cenderung tidak pada tempatnya. Tanpa disadari membuang sampah atau barang tidak berharga lainnya ke luar yang dapat mengganggu kenyamanan penghuni terutama penghuni lainnya, khususnya penghuni lantai bawah. Kecenderungan manusia yang malas untuk turun kebawah dan membuang sampah memicu tindakan yang dapat merusak lingkungannya ini. Selain itu juga yang kerap menjadi area buangan sampah ialah ruang tangga. Ruang tangga yang cenderung sepi dan tidak banyak terdapat aktifitas di tempat itu menjadi area untuk membuang sampah ( asalkan tidak terlihat oleh tetangga, maka sah untuk membuang sampah di area tangga).

Kesenjangan sosial sesama penghuni juga merupakan permasalahan tersendiri dalam lingkungan rumah susun. Karena terletak saling berdekatan, maka segala kegiatan, harta benda tetangga jelas terlihat, sehingga kerap kali menjadi pergunjingan dan kecemburuan diantara penghuni. Permasalahan pribadi rumah tangga-pun kerap diketahui tanpa sengaja oleh penghuni-penghuni disekitarnya. Seperti yang saya alami sendiri, ketika saya sedang menginap di rumah susun salah seorang kerabat, dikeheningan tengah malam tiba-tiba terdengar teriakan pertengkaran pasangan suami istri yang menghuni kamar beberapa blok dari tempat saya menginap. Hal ini menunjukkan budaya masyarakat kita yang belum cocok untuk tinggal di rumah susun.

Selain itu budaya masyarakat Indonesia yang cenderung saling mengandalkan orang lain membawa kepada permasalahan tertentu yakni, kurangnya kesadaran penghuni dalam memelihara fasilitas umum. Fasilitas umum yang adalah benda dan atau bagian milik bersama dalam lingkungan rumah susun sudah semestinya digunakan dan dipelihara secara bersama-sama pula. Hal ini mungkin juga dipicu oleh rasa kepemilikan pribadi. Barang-barang yang menjadi milik pribadi sudah pasti akan dirawat sebaik mungkin agar tidak rusak, namun rasa kepemilikan barang atau benda yang ternyata dimiliki juga oleh orang lain membuat mereka hanya mau menggunakan dan mengandalkan orang lain untuk merawat dan memeliharanya. Jika memang benar demikian yang terjadi, maka tidak ada titik temu diantara penghuni dan fasilitas umum sudah akan pasti tidak akan bertahan atau rusak.

Dari fenomena-fenomena yang sudah dijelaskan terlihat bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mampu menerima konsep tempat hunian vertikal. Perubahan konsep perumahan horizontal menuju konsep perumahan vertikal bukan saja merupakan pernasalahan fisik bangunan yang merupakan pengejawantahan dari keterbatasan lahan yang tersedia dan kebutuhan akan tempat tinggal saja, melainkan memicu perubahan budaya prilaku manusia yang menghuni hunian vertikal tersebut. Jelas, penyesuaian diri ( adaptasi ) melalui cara akomodasi maupun asimilasi yang dilakukan penghuni seiring dengan berjalannya waktu tercermin pada kondisi fisik rumah susun itu sendiri. Dari fenomena yang ada pada lingkungan rumah susun, terlihat adanya proses penyesuaian diri setiap penghuni terhadap lingkungan barunya. Penggunaan koridor untuk kepentingan pribadi maupun balkon atau bagian luar jendela sebagai tempat menjemur pakaian merupakan upaya penghuni untuk menyesuaikan budaya atau kebiasaannya pada lingkungan tersebut. Namun begitu, terdapat pula penghuni-penghuni yang mulai menyesuaikan lingkungannya dengan kebiasaannya sendiri. Proses akomodasi dan asimilasi terjadi disini. Yang pasti, sangat diperlukan bagi penghuni rumah susun untuk beradaptasi dengan lingkungannya yaitu dengan menggunakan ruang-ruang fungsi pada rumah susun seperti yang sudah dimaksudkan.

Pihak lain yang tidak terlepas dari masalah sosial budaya dalam lingkungan hunian vertikal ini ialah pihak perencana ataupun pengembang. Tradisi berarsitektur yang selama ini mengutamakan teori kurang memperhatikan aspek-aspek prilaku manusia yang sudah membudaya dengan konsep hunian horizontalnya. Dengan adanya fenomena lingkungan rumah susun di kota-kota besar di Indonesia ini hendaknya menjadi kasus tersendiri untuk lebih mengembangkan suatu teori yang holistik terutama dalam hal menyelesaikan masalah-masalah sosial budaya serta prilaku pada sebuah bangunan hunian vertikal. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai hubungan yang saling mempengaruhi antara fisik rumah susun dengan penghuninya yang tercermin dari pelakunya, karena didalam merancang sebuah rumah susun harus peka terhadap kondisi sosial budaya penghuninya, dalam rangka adaptasi dari prilaku kehidupan pola perumahan horizontal menuju pola perumahan vertikal yang mempengaruhi kondisi psikologis setiap penghuni.

Apakah Kita Perlu Membangun Bangunan Tinggi Seperti Empire State Building ? Kenapa Indonesia Tidak Membangun Bangunan Pencakar Langit ? Apakah Kita Perlu Membangun Bangunan Tinggi Seperti Empire State Building ? Kenapa Indonesia Tidak Membangun Bangunan Pencakar Langit ?




Bangunan tinggi Empire State Building telah menjadi salah satu icon tersendiri di Amerika Serikat khususnya kota New York. Dibangun dengan ketinggian mencapai 102 lantai dengan struktur utama rigid frame pada tahun 1931, bangunan ini dinilai sebagai kemajuan teknologi dalam bidang konstruksi pada saat itu. Empire State Building kemudian dinobatkan sebagai bangunan tertinggi di dunia, dan bertahan selama kurang lebih 40 tahun sampai berdirinya menara kembar World Trade Center pada tahun 1972. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan teknologi konstruksi yang semakin berkembang, bangunan-bangunan pencakar langit lainnya bermunculan seperti Sears Tower, Menara Petronas di Malaysia, dan yang belakangan ini sedang hangat dibicarakan yaitu Al Burj Dubai yang sangat fenomenal.

Melihat prestasi Amerika Serikat yang sudah dapat mendirikan bangunan tinggi pada tahun 1931 merupakan hal yang luar biasa. Bangunan dengan ketinggian 381 m tersebut bahkan sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka. Dan sampai saat ini, belum ada bangunan pencakar langit setinggi itu di Indonesia. Ini menunjukan bahwa kita bangsa Indonesia sudah tertinggal selama kurang lebih 80 tahun dari Amerika Serikat. Lalu muncul pertanyaan yang juga menjadi issue pembahasan dari tulisan ini yaitu Apakah perlu kita membangun bangunan setinggi 100 lantai demi mengejar ketertinggalan teknologi konstruksi dari Amerika Serikat?

Menurut saya, kita tidak perlu membangun bangunan setinggi 100 lantai atau lebih demi mengejar ketertinggalan kita dari Amerika Serikat dan menunjukkan pada dunia bahwa bangsa kita sudah maju dalam hal teknologi konstruksi. Tahun 1931 hingga tahun 2010 merupakan kurun waktu yang sangat panjang. Telah terjadi kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang konstruksi. Issue mengenai teknologi sudah berubah, teknologi zaman dulu yang disebut juga teknologi fosil kini sudah berganti menjadi teknologi tata surya. Bahan baku konstruksi seperti beton, baja, ataupun baja ringan kini sudah menjadi hal yang biasa. Jenis struktur yang umum dipakai dalam membangun bangunan tinggi seperti rangka kaku ( rigid frame ), dinding geser ( shear wall ), rangka di dalam rangka ( tube in tube ),dan sebagainya jika diterapkan pada saat ini sudah tidak menunjukkan kemajuan teknologi yang berarti, karena di beberapa negara maju dan berkembangpun telah menerapkan sistem teknologi seperti ini. Bukan berarti kita tidak boleh membangun bangunan pencakar langit. Belakangan ini terdengar kabar bahwa Indonesia akan memiliki gedung pencakar langit yaitu Menara Jakarta. Kabarnya menara tersebut memiliki ketinggian 558 m dan direncanakan selesai didirikan pada tahun 2012. Hal ini tentunya akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Apa yang kita hadapi saat ini adalah krisis energi, pemanasan global dan krisis sumber daya alam lainnya. Mengacu pada krisis energi listrik misalnya, belakangan ini sudah banyak dibicarakan tentang panel photovoltaic yang dapat diterapkan dibangunan perumahan. Panel tersebut merupakan alat pembangkit tenaga listrik melalui tenaga matahari. Tenaga matahari tidak akan habis dan gratis, ini berarti penggunaan photovoltaic dapat menghemat biaya operasional dan dapat menjadi pilihan dalam upaya menghemat energi. Suatu jawaban terhadap tantangan krisis pada saat ini dapat dikatakan sebagai suatu kemajuan teknologi.

Jadi menurut saya, untuk menunjukkan bahwa bangsa kita sudah maju dalam bidang teknologi ialah dengan mengembangkan suatu teknologi yang mampu menjawab tantangan masa kini. Dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada pada saat ini kita dapat mengembangkan suatu teknologi yang hemat energi khususnya dalam bidang arsitektur dengan menerapkan teknologi tata surya pada perumahan maupun pada bangunan tinggi. Tentunya pengembangan teknologi tidak sebatas pada tata surya saja, sumber daya alam lainnya seperti angin, thermal, air dan sebagainya dapat diolah menjadi sumber energi yang mampu menghemat biaya operasional sebuah bangunan.

Dari uraian pada halaman sebelumnya, dijelaskan jika kita bangsa Indonesia tidak perlu membangun bangunan pencakar langit demi mengejar ketertinggalan kita di bidang teknologi konstruksi. Issue tantangan krisis energi yang dewasa ini menjadi permasalahan yang penting dan perkembangan teknologi yang pesat dalam menjawab tantangan krisis tersebut menjadi pertimbangan untuk tidak membangun bangunan tinggi, melainkan cenderung lebih kepada mencari cara untuk mengatasi krisis tersebut. Kemudian muncul suatu pertanyaan yang akan menjadi pembahasan selanjutnya, “ Kenapa negara-negara berkembang / negara-negara maju terus membangun bangunan tinggi / pencakar langit pada saat ini ? “

Peradaban manusia memang tak henti-hentinya membangun bangunan tinggi. Dimulai dengan Piramid Giza dan Taman Gantung di Babylonia ribuan tahun lalu, menara Eiffel pada akhir abad 19, sampai gedung Empire State Building pada awal abad 20. Sejak itulah muncul bangunan-bangunan tinggi pencakar langit lainnya seperti CN Tower, Sears Tower, Petronas Tower dan yang terakhir Burj Dubai.

Bicara bangunan pencakar langit berarti bicara gengsi, kebanggaan, dan juga tourism / pariwisata. Keberadaan gedung pencakar langit di Indonesia tentunya membawa kebanggan tersendiri dan menghasilkan devisa negara. Bangunan tinggi juga merefleksikan kekuatan politik dan ekonomi suatu negara. Mendirikan suatu bangunan tinggi pencakar langit seperti Burj Dubai atau Empire State Building bukanlah masalah mensiasati lahan yang semakin sempit / terbatas dan memiliki harga yang mahal. Jelas prestis dan kebanggaan untuk menjadi negara yang iconic-lah yang menjadi alasan didirikannya bangunan-bangunan pencakar langit.

Permasalahannya apakah Indonesia benar-benar membutuhkan menara setinggi 100 lantai atau lebih? Secara teknis tak banyak orang yang ingin tinggal atau bekerja di level lantai yang terlalu tinggi. Semakin tinggi lantai sebuah bangunan, semakin tinggi juga biaya sewanya. Hal ini membatasi segmen pasar pada orang-orang kalangan atas yang jumlahnya tidak banyak di Indonesia. Lalu akan diisi dengan fungsi apa bangunan tersebut kalau aktifitas yang ada tidak menuntut ruang setinggi bangunan pencakar langit.

Faktor ekonomi juga menjadi masalah tersendiri. Dengan berdirinya suatu gedung pencakar langit menandakan perekonomian suatu negara yang kuat. Namun, beberapa fakta menunjukkan adanya krisis ekonomi ketika suatu bangunan tinggi selesai dibangun. Misal, ketika Empire State Building dibangun, beberapa tahun kemudian Great Depression malah melanda Amerika dan pengaruhnya menyebar ke seantero dunia. Setelah Sears Tower dan World Trade Center kelar, ekonomi Amerika tersungkur dan pengangguran meningkat tajam dekade itu. Ketika Petronas Tower dibangun, krisis moneter meluluhlantakkan Asia. Dan bahkan ketika BNI Tower dibangun, setahun kemudian kita dihajar krisis moneter.

Jadi menurut saya, kebanggaan dan prestis-lah yang menjadi alasan utama negara-negara berkembang dan negara-negara maju terus mendirikian bangunan pencakar langit disamping mendatangkan devisa. Karena kalau dilihat dari segi ekonomi, Dubai-pun sedang dililit hutang yang angkanya mencapai ratusan milliar dollar AS ketika membangun bangunan pencakar langit Al Burj. Jadi, icon berdirinya bangunan pencakar langit tidak selalu menandakan kondisi perekonomian yang kuat pada suatu negara. Menurut saya, proposal desain dan perhitungan keuntungan bangunan tinggi dalam jangka panjang berperan penting untuk meyakinkan pemerintah negara dalam mendirikan bangunan pencakar langit tersebut. Namun demikian, untuk keuntungan jangka panjang kita dapat mengembangkan suatu teknologi pada bangunan tinggi yang hemat energi. Contoh seperti yang dikembangkan oleh Kenneth Yeang, yaitu arsitektur bioklimatik. Arsitektur ini memperhatikan lingkungan merupakan arsitektur masa depan, karena dalam arsitektur jenis ini akan didapatkan penyelesaian yang baik untuk menanggapi iklim tanpa menggunakan lebih banyak resource sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui seperti minyak bumi untuk mempertahankan kondisi ideal bangunan, misalnya suhu, kelembaban, serta pencahayaan dan penghawaan.