Selasa, 03 Mei 2011

RUMAH INDONESIA, WUJUD ARSITEKTURNYA MASIH TERUS DICARI..

Para arsitek Indonesia di pertengahan tahun 1980, pernah mencoba untuk membahas tentang apa dan bagaimana seharusnya arsitektur Indonesia. Ternyata slogan yang berbau sikap nasionalis itu tidak mudah diterjemahkan begitu saja. Bagaimanakah bentuk arsitektur rumah tinggal yang ingin disebut rumah Indonesia?
Rumah Tropis
RUMAH TROPIS
Mengambil nama rumah Indonesia, konsekuensinya cukup berat. Rumah Indonesia berarti rumah ini sudah dapat mengakomodir seluruh bagian dari karakter budaya arsitektur sekian banyak daerah yang ada di negara ini. Dan dari sekian banyak karya arsitektur yang ada, boleh dikatakan tidak satu pun rumah yang masuk nominasi mampu merefleksikan ke-Indonesia-an itu pada desainnya.
Rumah Tropis, mungkin istilah yang agak lebih dekat dengan maksud ini, karena Indonesia memang beriklim tropis. Akan tetapi perlu diingat cukup banyak negara lain yang juga memiliki iklim yang sama. Jadi masih perlu dicari rumah tropis yang bersuasana Indonesia.

Ternyata sebagian besar para arsitek perancang rumah tinggal yang karyanya ingin mendekati kekhasan budaya Indonesia lebih sering dan menyukai penggunaan istilah ini. Bagaimana mereka bisa mendisain rumah yang sesuai dengan kondisi lokasinya, memiliki ciri budaya ( baca: jati diri ) yang khas dari suasana kedaerahan di Indonesia, memenuhi fungsinya sebagai rumah tinggal orang yang berkepribadian Indonesia, dan yang pasti bisa menyatu dengan kondisi iklim serta lingkungan daerah tersebut.
Kalau dirinci masih sangat panjang, dan para arsitek yang menekuni bidang perumahan tidak seorang pun yang berani membuat satu definisi yang tepat. Baiklah, mungkin istilah rumah tropis bersuasana Indonesia itulah yang sekarang ini ada dan termasuk trendy, meskipun penghuninya sudah ingin hidup dengan gaya yang lebih modern dan cenderung hi-tech.
ORGANISASI RUANG
Membicarakan arsitektur rumah bergaya Indonesia, tidak bisa hanya dilihat dari wujud luar nya saja. Justru saat ini banyak sekali kesalahkaprahan yang kita lihat dalam menerapkan kekhasan budaya pada bentuk-bentuk arsitektur. Pemerintah daerah Bali, Jawa Tengah, Sumatera Barat yang menghimbau agar bisa diterapkan ciri khas kedaerahannya pada setiap bagunan yang baru dibuat, ternyata bangunannya terasa tidak ada nyawanya lagi, selain sekedar ornamen tempelan yang kurang bermakna. Penggalian nilai arsitekturnya sendiri untuk bisa disebut berwawasan jati diri masih perlu dilakukan lebih dalam.
Ruang Tidur Etnik Minimalis
Yang tidak boleh dilupakan juga dalam mencari kekhasan dari rumah tropis bersuasana Indonesia, adalah termasuk organisasi ruang di dalam bangunan tersebut. Beberapa arsitek yang karya rumah tinggal-nya dinyatakan baik, antara lain karena keberhasilannya menyusun tata letak dan hubungan antar ruang dengan begitu baiknya, sehingga kegiatan si pemakai dapat terselenggara sesuai dengan cara hidupnya ( life style ). Kalau ia orang Indonesia, maka tentu dengan berpedoman pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di Indonesia, termasuk tata kramanya.
Pengelompokan kegiatan pada rumah Indonesia masih sangat perlu diperhatikan. Sebab orang Indonesia hidup bukan dengan keluarga kecil seperti orang barat dan kegiatan sosial budayanya masih sangat kental menempel pada cara hidupnya. Ada daerah umum, semi umum, daerah pribadi, sangat pribadi dan daerah servis.
Percaya kepada masalah keberuntungan ( hokie ) bukanlah milik orang Cina saja yang kita kenal dengan istilah Feng-Shui. Budaya Indonesia sangat kaya dengan kaidah-kaidah yang membawa nilai derajat seseorang itu bisa menjadi tinggi. Rumah atau ruang harus menghadap ke arah mana, atau ruang apa yang lantainya harus paling tinggi, semua itu merupakan bagian dari suatu proses panjang kalau seorang arsitek diminta untuk betul-betul merancang rumah Indonesia itu.
KONSEP ARSITEKTUR
Keasrian rumah tropis yang bersuasana Indonesia tidak terlepas juga dari kemampuan perancangnya menyampaikan buah pikirannya dalam bentuk fisik yang kemudian direalisasikan oleh pelaksananya. Tidak sedikit karya yang baik di atas kertas yang penuh dengan segala macam falsafah yang melatarbelakanginya, ternyata kurang berhasil disampaikan secara benar pada tahap pelaksanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar